Jumat, 24 Oktober 2008

Keracunan Apel

Sebenarnya sudah lama sekali ingin kembali posting. Namun, karena berbenturan dengan segala agenda dan aktivitas di kantor, akhirnya tertundalah sekian lama hobi dan minat saya untuk menulis segala keluh kesah serta kegelisahan sekian lama. Ya, selain sedikit malas, tentunya. Hehe. Ada satu pengalaman menarik yang akan saya ceritakan sebenarnya di sini.

Sesuai judul postingan kali ini, Keracunan Apel!! What? Bagaimana bisa? Tentunya hal tersebut yang ada dalam pikiran kawan-kawanku sekalian. Kejadiannya bermula sewaktu lebaran lampau dimana saya menghabiskan waktu di rumah yang sedianya "hanya" selama dua hari saja. Maklum, hari ketiga lebaran sudah harus masuk kerja lagi seperti biasa. Jadilah, saya benar-benar memanfaatkan waktu di rumah dengan sebaik-baiknya.

Anyway, seperti biasa, lebaran hari pertama seusai Sholat Ied, saya mempersiapkan diri mengikuti prosesi selamatan alias syukuran di rumah-rumah tetangga, semacam kompleks, walaupun bukan perumahan :-) Acara ini yang selalu saya tunggu saban tahunnya, berkumpul dengan tetangga-tetangga, saling mengobrol tentang hal apapun, berbagi informasi, bercanda bersama, sekalian silaturrahim. Kelar seluruh prosesi baru siang hari. Tapi, rasanya dah lumayan asyik soalnya sudah sekalian halal bihalal ke rumah-rumah tetangga. Sampai di rumah bersantai sejenak sambil menikmati opor ayam dan nasi gurih. Sedap nian deh! Hehe, rasanya ajeb-ajeb. Maklum, nuansa kaya gini baru bisa dinikmati setahun sekali. Kelar makan opor ayam, rasanya pengin yang seger-seger. Kucomotlah dari kulkas, sebutir apel merah bingkisan saudara. Rasanya tambah segar. Eh, tak terasa sampai habis tiga butir sendirian.

Malam harinya, sepulang dari rumah Pak Dhe usai melakukan kunjungan halal bihalal barengan tante, entah mengapa ada sedikit masalah dengan perut saya. Rasanya mendadak sakit. Melilit tidak karuan. Akhirnya saya ke belakang, namun sampai beberapa kali, rasa itu tetap saja menyerang. Gak karuan rasanya. How Could? Apa yang salah yah... Sebenarnya sih tidak terlampau sakit, namun rasa sakit kembali menyerang sewaktu tengah malam. Bolak balik ke belakang membuatku tidak lagi bisa tidur. Rasanya makin sakit dan menjadi-jadi...

Paginya, ibuku meminta agar segera mengonsumsi obat diare yakni Diapet. Cukup manjur, tapi belum sepenuhnya reda. Hari itu sama sekali belum kepikiran kalo apel-lah biang keladi semua ini. Abis itu, dua orang temen datang dan kami mengobrol ke sana kemari. Tak lupa, saya menikmati lagi buah apel yang memang menyegarkan itu. Usai tidur siang, perut kembali melilit hebat tak karuan. Duh, kenapa lagi ya ini? Tanya punya tanya. Mau tak mau, rasa curiga saya mengarah pada buah apel yang saya konsumsi. Kenapa kecurigaan mengarah ke sana? Kulit apel berwarna mengkilap itu bisa jadi masih dilapisi zat semacam lilin dan kemungkinan masih adanya sisa residu pestisida yang tersemprot di sana juga menguatkan dugaan ini. Meskipun, sudah dicuci berulang kali, bahaya masih bisa mengancam. Dan, saya selaku konsumen juga biasanya hal seperti ini tidak pernah terjadi masalah apapun. Makan apel, cuma dicuci biasa, tanpa dikupas, langsung dikupas. Begitu saja, toh juga tak pernah terjadi apa-apa. Eh, ternyata selama ini saya kurang waspada. Kali ini saya baru merasakan dampak langsungnya alias keracunan apel!! Gile gak tuh?

Akhirnya, saya minta tolong pada saudara untuk memetikkan buah kelapa muda yang akan dinikmati air segarnya sebagai netralisator lambung. Sayang, saya sudah telanjur mengonsumsi obat Promag sesuai anjuran ibu. Dan, abis minum obat tidak boleh minum air degan, nanti bakalan ternetralkan soalnya. Oke deh saya manut. Namun, sampe malam menjelang rasa sakit malah semakin menghebat. Rasanya melilit hebat. Swear, gak karuan. Pusing, sempoyongan, dan sebagainya. Abis itu, masih sempat juga buat muntah-muntah. Walah...Trus, istirahat sebentar. Tak berapa lama berselang tiba-tiba kulit rasanya gatal tak karuan. Muncul gejala mirip biduran. Merah-merah, bentol-bentol. Dikerokin sama ibu sebelumnya sama sekali tidak berpengaruh. Ya sudah, akhirnya saya tetap minta air degan untuk dikonsumsi. Mau ke dokter tapi mana ada yang buka lebaran kaya gini. Setelah itu saya istirahat...Tengah malam terbangun, kulit saya sudah mulai pulih. Tidak ada lagi bentol-bentol. Thanks God..meskipun masih agak pusing dan sedikit mual.

Malam itu, salah seorang pegawai menelpon mengabarkan kondisi gerai. Meminta agar saya besok masuk sore. Ya, jelas kukasih tahu kondisiku yang sebenarnya. Bahwa sakitku belum sepenuhnya pulih dan belum bisa untuk masuk kerja. Besok harus bolos kerja dulu. Meskipun dalam hati rasanya kasihan banget dengan kondisi gerai yang minim pegawai, bahkan harus sakit juga, Lebaran-lebaran kok pada tepar yah..Heran. Tapi, gak juga sih. Sudah terlampau biasa, banyak orang yang sakit pada saat lebaran sebab setelah berpuasa dengan menahan nafsu, pada saat itu jadi kalap dengan tidak mengindahkan nafsunya. Benarkah? Kalau saya sih, lebih pada kecerobohan dan ketidakberuntungan semata saja.

Hehehe, tapi pernah juga kok sewaktu kecil sakit pada saat lebaran. Yang sering, gara-gara kebanyakan makan kacang!! Akhirnya, jadi diare deh. Anyway, kondisiku akhirnya memulih. Dan, besok pagi-pagi dah bisa cabut ke Malang. Sekarang, jadi makin berhati-hati sebelum makan. Bener-bener dijaga banget. harus dicuci dulu, harus dibersihkan, harus benar-benar waspada, jaga-jaga daripada terjadi lagi kejadian yang mengerikan seperti itu!!

Semoga bisa dijadikan pembelajaran!!

0 komentar:

Posting Komentar

 
© free template by Blogspot tutorial